Welcome to my POV

Stultus

amor fati.

Soren Kierkegaard

By 09.41

After waked up from my long nap, i just can't stop thinking about this guy, Kierkegaard.
I'd read a little about him in Sophie's World (great book that i have not finish yet, sadly). And what written in there is very stuck on my mind.
Kierkegaard adalah seorang eksistensialis. Dan juga seorang yang percaya pada iman. Tapi sepertinya eksistensialisme sendiri mengandung keabsurdan yang mendasar sehingga kita tidak bisa menentukan dasar yang menyatukan para penganutnya selain keabsurdan itu sendiri.
Tapi, bukan itu yang ingin saya bahas saat ini. Bab yang membahas filsafat Kierkegaardlah yang saya pikirkan. Sepenggal paragraf akan saya kutip di sini (karena menulis seluruh bab akan sangat-sangat melelahkan dan saya enggan membocorkannya):
''8+4=12. Kita dapat sepenuhnya yakin akan hal ini. Itulah jenis dari 'kebenaran akal' yang telah dibicarakan oleh para filsof sejak Descartes. Tapi apakah kita memasukkannya dalam doa kita sehari-hari? Apakah itu sesuatu yang akan kita renungkan saat kita hendak menemui ajal? Sama sekali tidak. Kebenaran-kebenaran semacam itu bisa menjadi 'objektif dan umum', namun tidak penting bagi keberadaan setiap manusia.'' --Hal. 589
Itu hanya permulaan. Yang benar-benar memukau saya (baiklah akan saya kutip lagi di sini):
''Kierkegaard menulis: 'Jika aku dapat menangkap Tuhan secara objektif, maka aku tidak akan percaya, tapi justru karena aku tidak dapat melakukan inilah, maka aku harus percaya. Jika aku ingin menjaga imanku, aku harus terus-menerus berpegang teguh pada ketidakpastian objektif, agar imanku tetap lestari.' ''
Dan kemudian saya mengerti. Bukan mempertanyakan agama mana yang paling benarlah yang penting, tapi agama yang benar bagi kita. Bagi diri sendiri. Karena kebenaran adalah urusan pribadi kita, dengan Tuhan. Bukan dengan para Paus atau Pendeta atau Majelis atau pengajian.
Bukan di luar sana, tapi di dalam. Dan hanya imanlah yang dapat membuat semua itu benar bagi diri kita.
Tapi sebenarnya seperti juga Saint Agustine, Kierkegaard juga adalah teologis karena itu sudah sewajarnya dia banyak berbicara mengenai iman, Tuhan dan agama. Meski sebagian lain filsafatnya adalah reaksi terhadap sitem Hegel.
Dan sebenarnya apa yang saya tulis hari ini tidak lebih dari celotehan egois untuk memenuhi kecerewetan saya dan kurangnya teman diskusi. Andaikan ada yang membaca ini, terima kasih. Mungkin kamu sedang sial saja.

You Might Also Like

0 komentar